Senin, 06 Juni 2016

pacaran setelah menikah

PACARAN SETELAH MENIKAH

Diambil dari pengalaman pribadi, karena bagi saya pengalaman merupakan ilmu juga selama pengalaman itu baik bukan hal yang buruk atau negatif.


Bulan Juli 2011, tepatnya tanggal 19 juli 2011.  Yang sekarang menjadi suami saya datang ke rumah, sebelumnya lewat kakak beliau yang bekersa sebagai pedagang batagor keliling yang ingin memperkenalkan adiknya kepada saya,, dari perbincangn yg +-3hari,, esok harinya suami saya datnag bersama kakaknya ke rumah tanpa saya tahu sebelumnya beliau itu yang mana? baikkah atau tidak, tapi beliau langsung menghadap orangtua saya untuk menjalin hubungan serius dengan saya. Dari tanggal 19juli2011 itu saya menjalankan taaruf dengan beliau,dua bualn taaruf beliau mengajak saya bertunangan(khitbah) dan beliaupun menyampaikan itikad baik nya kepada orangtua saya. Tepat tanggal 05september2011 saya dikhitbah oleh beliau. Singkat cerita, dua bulan dari khitbah beliau mengajak saya untuk ke pelaminan(akad nikah), sempat bingung juga arena sampai saat itu saya tidak memiliki perasaan apa-apa, tapi kata kata ibu saya yang selalu menguatkan keyakinan saya terhadap Allah yang akan memberikan yang terbaik pada umatnya. Tepat tanggal 16 november sayapun resmi menjadi istri dari suami saya(akad nikah), dan melangsungkan resepsi pernikahan pada tanggal 20november2011(2011_2011). Perjalanan yang singkat,hanya emapt bulan saya mengenal sedikitnya tentang beliau, walaupun masih ragu ragu karena tidak memiliki perasaan. Walau demikian saya tahu kewajiban saya sebagai seorang istri yang harusmelayani suaminya, +- 1 bulan menjalani rumahtangga, Allah memberikan kepercayaan kepada saya dan suami dengan memberikan amanah(janin dalam rahim saya), rumah tangga kami yang masih disebut pengantin baru tidak seperti pengantin baru pada umumnya, karena kesibukan suami saya yang pagi harus berangkat mengajar di TK, siang mencari nafkah dengan pekerjaan beliau yaitu ojeg, hingga sore hari kemudian ashar beliau harus pergi lagi untuk mengajar anak2 TPA, belum lagi kalau musim tani, waktu beliau semakin sedikit untuk saya, waktu malam beliau tertidur lelap karena terlalu lelah disiang hari. Tepat tanggal 18 september 2012 lahirlah peri kecil kami. Walau demikian tetap waktu suami saya tidak optimal untuk anak istrinya, tapi berkah dari Allah ketika anak saya lahir, ketika itu juga Allah memberikan rezeki kepda kami untuk memiliki rumah, pada tanggal 12-12-12, kami pun menempati rumah yang sebenarnya belum layak untuk ditempati, tapi alhamdulillah cukup untuk berlindung dari terik matahari dan dari basahnya air hujan. Beberapa minggu setelah menempati rumah baru kami, subhanallah sangat terasa indah, manis, malah seperti pengantin baru, di rumah kami sya merasakan memiliki seorang suami, orangtua, sahabat. sangat indah, karena suami saya mengutamakan kebutuhan saya dan anaknya, walaupun masih sibuk diluaran tapi beliau menyisihkan waktu untuk keluarganya. Pengertiannya, perhatiannya, kasih sayangnya, subhanallah tidak bisa saya ungkapkan dengan kata2, tapi saya sangat bersyukur untung saja saya mendengarkan nasihat orangtua saya,mungkin kalau saya bandel saya tidak akan mengalami rumah tangga yang begitu indah, ternyata pacran setelah menikah lebih indah dari pacaran sebelum menikah, tentunya karena sudah halal. Hari hari kami lalui dengan penuh kebahagiaan, masalah dalam rumah tangga itu hal yang biasa yang merupakan bumbu2 dalam rumah tangga, tapi kami menikmti semua itu, sejak pindahnya kami ke rumah baru kami itu muali lah sya merasakan khawatir saat beliau pergi, mungkin ini yang dinamakan sayang, cinta ada habisnya tetapi kasih sayang datng dari hati yang inshaalloh tidak akan hilang jika kita menjaganya. Pernikahan kami sebentar lagi akan mencapai 5 tahun, saya bangga memiliki suami seperti suami saya. Saya pun kini telah menjadi mahasiswi karena suami saya, beliau yang meminta saya untuk melanjutkan study, walaupun sebelumnya saya tidak mau tapi beliau bersikeras agar saya mau melanjutkan study saya, dan pada akhirnya sayapun mau dan masuk ke sekolah tinggi tidak jauh dari tempat saya tinggal pada tahun 2015. Mungkin itu cerita singkatnya perjalan hidup saya, yang memang merasakan manis pahitnya kehidupan.

Ilmu yang dapat dipetik dari pengalaman yang saya tulis secara singkat/ ringkas ini yaitu janganlah membantah pada orangtua,orangtua mana yang ingin anaknya terjerumus pada kesengsaraan, lebih baik tinggalkan yang namanya pacaran, walaupun saya pernah mengalami pacaran itu tapi ketahuilah saya sangat menyesal dulu pernah mengalami pacaran sebelum akhirnya bertemu dengan pangeran saya. Karena pacaran akan menimbulkan kemaksiatan. Lebih baik jika memang ingin bersama tidak dengan pacaran tapi dengan taaruf, khitbah kemudian menikah, subhanallah pacaran setelah menikah itu sangta indah, jauh lebih dari indah, mungkin jika diibaratkan bagaikan syurga di dunia ini. Tidak perlu melihat rupa, harta/ pun tahta, karena rezeki sudah ada yang pengatur, walaupun pada awalnya tidak memiliki pekerjaan inshaalloh Allah memberikan rezeki pada kita, yakin saja Allah itu maha pengasih dan maha penyayang. Rupa, tidak usah melihat tampan atau tidaknya karena dalam pernikahan semua itu tidak jadi masalah yang terpenting itu perhatian, pengertian dan kasih sayang dari pasangan kita. Allah pasti akan memberikan jalan terbaik bagi umatnya yang memiliki niat baik.
 Semoga artikel ini dapat menjadi inspirasi bagi para pembaca. Dan saya pun berdoa juga berharap rumah tangga saya tetap seperti ini, harmonis, dan romantis, atau bahkan lebih romantis dan harmonis dari sekarang. intinya menjadi keluarga yang sakinnah mawaddah dan warrohmah.

Yang belum memiliki jodoh semoga secapatnya diberikan jodoh oleh allah yang shaleh/ shalehah, jodoh itu gambaran dari diri kita, jika kita ingin memiliki jodoh/ pasangan yang baik maka perbakiki dulu diri kita.

Semoga bermanfaat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar